Label

Kamis, 06 Oktober 2011

Traumatik Injuri Pada Gigi Anak

Minggu kemarin datanglah seorang anak dengan kedua orang tuanya ke klinik. Ceritanya,  si anak ini satu hari yang lalu habis jatuh di tangga karena didorong temannya. Nampaknya kasus bullying makin sering aja nih terjadi di sekolah-sekolah. Kalau anda mengira pelaku bullying ini adalah anak yang gendut besar seperti yang anda kenal sebagai "Giant" dalam film Doraemon, anda salah besar. Pelakunya berbadan kecil, setelah diusut adalah putra dari seorang dokter spesialis anak yang laris di Jogja.
Kembali pada nasib gigi si anak yang jatuh tadi. Nampaknya giginya terbentur di railing tangga. Setelah diperiksa, kondisinya 4 gigi depannya mengalami luksasi, dan 1 diantara gigi tersebut juga disertai ekstrusi. Anak tersebut sudah 1 hari tidak mau makan dan minum, karena kesakitan.
Posisi gigi yang stabil dan mengubah posisi oklusi dari kedua rahang, menimbulkan rasa sakit ketika gigi yang terlibat tersebut digunakan. Alhasil, kami harus menstabilkan posisi giginya supaya kuat digunakan untuk mengunyah. Kondisi anak waktu datang menangis dan menjerit-jerit. Dalam kondisi seperti ini, ditambah berat badan anak yang sudah 25 kg, kami memutuskan untuk melakukan splinting yang cepat dan kuat. Keenam gigi depan kami sambung dengan bahan tambal glass ionomer, sehingga semua gigi menjadi stabil. Gigi dievaluasi 2 minggu kemudian. Kemudian diberi obat analgesik dari golongan ibuprofen.
Keesokan harinya, kami cek kondisi gigi anak tersebut ke orang tuanya. Puji Tuhan, anak tersebut sudah mau makan dan minum. :)
Kesimpulan dari semua ini, tindak bullying ataupun trauma/kecelakaan memang sering terjadi pada anak-anak.  Menurut suatu penelitian prevalensi tertinggi trauma gigi anterior pada anak-anak terjadi antara usia 1-3 tahun karena pada usia ter sebut, anakmempunyai kebebasan serta ruang gerak yang cukup luas, sementara koordinasi dan penilaiannya tentang keadaan belum cukup baik sehingga sering terjatuh dari tempat tidur, kereta dorong, atau kursi yang tinggi. Frekuensi trauma cenderung meningkat saat anak mulai merangkak, berdiri, belajar berjalan, dan biasanya berkaitan dengan masih kurangnya koordinasi motorik. Penelitian lain menyebutkan bahwa salah satu periode rawan fraktur adalah pada saat usia 2-5skateboard, atau pada saat berolahraga seperti olahraga beladiri, sepak bola, bola basket, lomba lari, sepatu roda, dan berenang.Sekolah perlu meningkatkan pengawasan mereka terhadap anak-anak, terutama dengan menciptakan lingkungan sekolah yang aman, ergonomis, nyaman. Perbandingan guru dan murid juga sebaiknya janganlah terlalu jauh berbeda, supaya guru-guru tidak kewalahan dalam mengawasi anak-anak.
tahun, karena pada usia ini anak belajar berjalan dan berlari. Prevalensi trauma gigi yang terjadi pada anak usia di atas 5 tahun menunjukkan penurunan disebabkan karena koordinasi motorik anak yang semakin membaik, namun terjadi peningkatan kembali pada periode 8-12 tahun karena adanya peningkatan
aktifitas fisik mereka. Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada periode 8-12 tahun adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar